DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
LABORATORIUM FISIKA
Kampus Unesa Ketintang
Nama : HASTUTI TRI RATNA
NINGRUM
No.
Reg : 16030204010
Prog/Jurusan : PENDIDIKAN BIOLOGI /
BIOLOGI
Kode
Percobaan : O1
Tanggal
Percobaan : 19 Oktober 2016
LAPORAN PRAKTIKUM PEMANTULAN CAHAYA
Abstrak
Percobaan atau praktikum
pemantulan cahaya ini bertujuan untuk membuktikan bahwa sudut datang sama
dengan sudut pantul pada suatu bidang datar. Begitupun jarak benda sama dengan
jarak bayangan pada suatu bidang datar. Selain itu juga untuk menentukan jarak
titik fokus pada cermin cekung. Percobaan dilakukan dengan menggunakan metode
eksperimen. Meletakkan benda di depan cermin datar datar dan menghitung jarang bayangan
dan sudut pantul yang dihasilkan. Untuk mencari fokus, jarak benda di
manipulasi dan dapat diperoleh jarak bayangan. Variabel manipulasi pada
percobaan ini yaitu sudut datang dan jarak benda, variabel responnya yaitu
sudut pantul dan jarak bayangan, dan variabel kontrolnya yaitu titik dekat mata
pengamat. Dari percobaan tersebut terbukti bahwa dalam Hukum Snellius
menyatakan bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul pada satu bidang datar,
begitu juga dengan jarak benda sama dengan jarak bayangan pada satu bidang
datar. Hasil penentuan titik fokus pada cermin cekung (rata-rata f) yaitu
(9,8+-0,27) cm.
Kata kunci : cahaya, hukum Snell,
cermin datar, cermin cekung.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari kita tentunya sering melihat benda-benda dari pemantulan cahaya
seperti halnya yang dipantulkan oleh cermin. Baik itu cermin datar, cermin
cekung, maupun cermin cembung. Misalnya kita sedang berhias diri atau merias
wajah kita menggunakan cermin datar. Ketika kita menyalakan senter atau
menyalakan lampu mobil itu kita menggunakan cermin cekung karena sifatnya yang
konvergen (mengumpulkan cahaya). Masing-masing cermin memiliki sifat-sifat
terentu dalam memantulkan cahayanya. Untuk mengetahui bagaimana pemantulan
cahaya yang terjadi pada cermin, maka dilakukan praktikum yang berhubungan
dengan hal tersebut. Dalam praktikum kali ini kami membuktikan bahwa sudut
datang sama dengan sudut pantul pada bidang datar, jarak benda sama dengan
jarak bayangan pada bidang datar, dan menentukan titik fokus pada cermin
cekung.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah sudut pantul dan jarak bayangan sama dengan
sudut datang dan jarak benda seperti bunyi Hukum Snellius?
1.2.2
Berapa jarak titik fokus pada cermin cekung dari jarak
benda yang dimanipulasi?
1.3
Tujuan Percobaan
1.3.1
Membuktikan Huku Pemantulan Snell pada bidang datar
Sudut datang = sudut
pantul
Jarak benda = jarak
bayangan
1.3.2
Menentukan jarak titik fokus cermin cekung
BAB II
DASAR TEORI
Pemantulan cahaya
terjadi apabila pancaran cahaya mengenai bidang pantul kemudian bidang pantul
tersebut meneruskan pancaran cahaya tersebut.
Cahaya menurut Newton
(1642-1727) terdiri dari partikel-partikel ringan berukuran sangat kecil yang
dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Sementara menurut Huygens (162-1695), cahaya adalah gelombang seperti halnya
bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuensi dan panjang gelombangnya
saja. Dua pendapat tersebut sepertinya saling bertentangan sebab tak mungkin
cahaya bersifat partikel sekaligus sebagai partikel. Pasti salah satunya benar
atau kedua-duanya salah, yang pasti masing-masing tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangan.
Pada zaman Newton dan
Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa gelombang yang merambat pasti
membutuhkan medium. Padahal ruang antara bintang-bintang dan planet-planet
merupakan ruang hampa (vakum) sehingga menimbulkan pertanyaan apakah yang
menjadi medium rambat cahaya matahari yang sampai ke bumi jika cahaya merupakan
gelombang sepert yang dikatakan Huygens. Inilah kritik orang terhadap pendapat
Huygens. Kritik ini dijawab oleh Huygens dengan memperkenalkan zat hipotetik
(dugaan) bernama eter. Zat iib sangat ringan, tembus pandang dan memenuhi
seluruh alam semesta. Eter membuat cahaya yang berasal dari bintang-bintang
sampai ke bumi.
Walaupun keberadaan eter
belum dapat dipastikan di dekade awal abad 20, berbagai eksperimen yang
dilakukan oleh para ilmuwan seperti Thomas Young (1773-1829) dan Agustin
Fresnell (1788-1827) berhasil membuktikan bahwa cahaya dapat melentur
(difraksi) dan berinteferensi. Gejala alam yangkhas merupakan sifat dasar
gelombang bukan partikel. Percobaan yang dilakukan oleh Jeans Leon Foucault
(1819-1868), menyimpulkan bahwa cepat rambat cahaya dalam air lebih rendah
dibandingkan kecepatannya di udara. Padahal Newton dengan teori emisi
partikelnya meramalkan kebaikannya. Selanjutnya Maxwell (1831-1874)
mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala alam kelistrikan
dan kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektromagnetik. Sesuatu yang
berbeda dibandingkan gelombang bunyi tergolong gelombang mekanik. Gelombang
elektromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium dan kecepatan rambatnya
pun sangat tinggi bila dibandingkan gelombang bunyi. Gelombang elektromagnetik
merambat dengan kecepatan 300.000 km/s. Kebenaran pendapat Maxwell ini tak
terbantahkan ketika Hertz (1857-1894) berhasil membuktikan secara eksperimental
yang disusul dengan penemuan-penemuan berbagai gelombang yang tergolong
gelombang elektromagnetik seperti sinarr X, sinar gamma, gelombang mikro RADAR
dan sebagainya.
Cabang ilmu fisika yang
mempelajari cahaya yang meliputi bagaimana terjadinya cahaya, bagaimana
perambatannya, bagaimana pengukurannya dan bagaimana sifat-sifatnya di kenal
dengan nama Optika. Pemantulan cahaya termasuk ke dalam Optika Geometri.
Ada dua macam pemantulan
cahaya, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur. Pemantulan cahaya pada
permukaan benda yang rata seperti cermin datar termasuk pemantulan teratur.
Karena cahaya yang dipantulkan membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-sinar
yang datang pada permukaan cermin dipantulkan sebagai sinar-sinar sejajar pula,
akibatnya cermin dapat membentuk bayangan benda.
Berbeda dengan benda
yang memiliki permukaan rata, pada saat cahaya mengenai bidang pantul yang
tidak rata, maka sinar-sina yang dipantulkan tidak teratur atau membaur (tidak
sejajar dan tidak beraturan). Inilah yang disebut pemantulan baur.
Gb. Pemantulan Teratur Gb.
Pemantulan Baur
Akibat pemantulan baur
ini kita dapat melihat benda dari berbagai arah. Misalnya pada kain atau kertas
yang disinari lampu sorot di dalam ruangan gelap kita dapat melihat apa yang
ada pada kain atau kertas tersebut dari berbagi arah. Pemantulan baur yang
dilakukan oleh partikel-partikel debu di udara yang berperan dalam mengurangi
kesilauan sinar matahari.
Hukum Snellius merupakan Hukum
Pemantulan Cahaya. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran didapatkan postulat,
bahwa :
1.
Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak
pada bidang yang sama: dan
2.
Besar sudut datang (i) dama dengan besar sudut pantul
(r).
Dalam optika geometri,
pemantulan salah satunya dilakukan pada cermin. Ada cermin cekung dan cermin
cembung. Cermin cekung adalah cermin yang memiliki permukaan cekung. Cermin
cekung bersifat konvergen (mengumpulkan cahaya/sinar). Pada pemantulan cahaya
oleh cermin cekung, jarak antara benda dan cermin mempengaruhi bayangan yang
dihasilkan. Bayangan yang dibentuk merupakan perpotongan sinar pantul atau
merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar pantrul. Karena sifatnya yang
konvergen, jika terdapat berkas-berkas cahaya sejajar mengenai permukaan cermin
cekung, maka berkas-berkas cahaya pantulnya akan melintasi satu titik yang
sama.
Terdapat tiga sinar
istimewa pada cermin cekung, yaitu :
1.
Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan
melalui titik fokus atau titik api (f).
2.
Sinar yang datang melalui titik fokus atau titik api
(f) akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
3.
Sinar yang datang melalui pusat kelengkungan (c) akan
dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan tersebut.
Hubungan antara jarak fokus dan jari-jari kelengkungan
cermin bisa di dapatkan melalui analisis gambar. Baik pada cermin cekung maupun
cermin cembung, hubungan jarak benda (s), jarak bayangan (s'), jari-jari
kelengkungan (R), dan jarak fokus (f) dapat dinyatakan oleh persamaan :
dengan
s = jarak benda ke cermin (m)
f = jarak fokus cermin (m)
s' = jarak bayangan ke cermin (m)
Kita ketahui bahwa
panjang jari-jari kelengkungan cermin adalah dua kali jarak fokusnya, R=2f ,
atau f=R/2 sehingga persamaan diatas dapat dituliskan :
dengan
s
= jarak benda ke cermin (m)
s'
= jarak bayangan ke cermin (m)
R
= jari-jari kelengkungan cermin (m)
Dalam menggunakan
persamaan pada cermin cekung maupun cermin cembung, ada sejumlah aturan-aturan
tanda berikut :
1.
Untuk cermin cekung, f dan R bertanda (+)
2.
Untuk cermin cembung, f dan R bertanda (-)
3.
Jarak benda (s) bertanda positif untuk benda nyata
(didepan cermin) dan bertanda negatif untuk bayangan maya (di belakang cermin).
Perbesaran bayangan pada cermin
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
dengan
s
= jarak benda ke cermin (m)
s' = jarak bayangan ke cermin (m)
h = tinggi benda (m)
h’ = tinggi bayangan (m)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
Bangku optik 1
buah
Cermin datar 1
buah
Cermin cekung 1
buah
Jarum pentul secukupnya
Lilin dan korek api 1
buah
Layar 1
buah
Mistar 1
buah
Gabus 1
buah
Busur 1
buah
3.2
Rancangan Percobaan
1. Sudut datang
sama dengan sudut pantul
2. Jarak benda
sama dengan jarak bayangan
3. Pembentukan
bayangan pada cermin cekung
3.3
Variabel Percobaan
1. Percobaan ke-1
:
Variabel manipulasi :
sudut datang
Variabel kontrol : titik
dekat mata
Variabel respon : sudut
pantul
2. Percobaan ke-2
:
Variabel manipulasi :
jarak benda
Variabel kontrol : titik
dekat mata
Variabel respon : jarak
bayangan
3. Percobaan ke-3
:
Variabel manipulasi :
jarak benda
Variabel kontrol : titik
dekat mata
Variabel respon : jarak
bayangan
3.4
Langkah Percobaan
a. Percobaan ke-1
(Cermin Datar)
Sudut datang sama dengan
sudut pantul
1. Meletakkan
kertas diatas gabus
2. Menentukan
sudut datang (i)
3. Membuat garis
bidang cermin, garis normal (N), dan garis sinar datang sesuai dengan sudut
seperti pada gambar
4. Menancapkan dua
jarum, yaitu jarum a dan b pada garis sinar datang.
5. Meletakkan
cermin datar dengan permukaan pantul berimpit dengan garis bidang cermin
6. Mengamati dari
sisi lain sehingga bayangan jarum a (a’) dan bayangan jarum b (b’) terlihat
pada cermin.
7. Menancapkan
jarum c dan jarum d sehingga jarum a’, jarum b’, jarum c, dan jarum d terlihat
segaris lurus.
8. Membuat garis
lurus melalui jarum c, jarum d sampai gariis bidang cermin.
9. Mengukur sudut
pantul menggunakan busur (r)
10. Melakukan
percobaan dengan paling sedikit lima sudut datang yang berbeda.
b. Percobaan ke-2
(Cermin Datar)
Jarak benda sama dengan
jarak bayangan
1. Meletakkan
kertas diatas gabus
2. Menentukan
jarak benda (AO)
3. Membuat garis
bidang cermin dan titik benda O seperti pada gambar
4. Menancapkan
jarum pada titik A
5. Menancapkan
jarum a pada titik sembarang
6. Menancapkan
jarum b sehingga jarum a dan bayangan benda A (A’) terlihat segaris lurus.
7. Melakukan hal
yang sama dengan langkah 4 dan 6 untuk jarum c dan jarum d di sisi yang lain.
8. Memperpanjang
garis ab dan garis cd sampai kedua garis berpotongan di belakang cermin, yaitu
titik bayangan benda (A’)
9. Mengukur jarak
bayangan menggunakan mistar (A’O)
10. Melakukan
percobaan dengan paling sedikit lima jarak benda yang berbeda.
c. Percobaan ke-3
(Cermin Cekung)
1. Menyalakan
lilin sebagai benda
2. Mengukur layar,
benda, dan cermin pada posisi sgaris pada bangku optik
3. Menentukan
jarak benda ke cermin (s)
4. Mengatur jarak
layar ke cermin sehingga didapatkan bayangan benda yang jelas
5. Mengukur jarak
layar ke cermin menggunakan mistar (s’)
6. Melakukan percobaan
paling sedikit tiga kali pengulangan
7. Melakukan
percobaan dengan paling sedikit lima jarak benda ke lensa yang berbeda.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1
Data
a. Pembuktian
Hukum Snellius
Sudut datang = Sudut
pantul
Perc. Ke-
|
i ± 0,5o
|
r ± 0,5o
|
1.
|
15,0o
|
15,0o
|
2.
|
30,0 o
|
30,0 o
|
3.
|
45,0 o
|
45,0 o
|
4.
|
60,0 o
|
60,0 o
|
5.
|
75,0 o
|
75,0 o
|
b. Jarak benda
= Jarak bayangan
Perc. Ke-
|
AO ± 0,5 cm
|
A’O ± 0,5 cm
|
1.
|
7,0 cm
|
7,0 cm
|
2.
|
9,0 cm
|
9,0 cm
|
3.
|
10,0 cm
|
10,0 cm
|
4.
|
11,0 cm
|
11,0 cm
|
5.
|
12,0 cm
|
12,0 cm
|
c. Menentukan jarak
titik fokus cermin cekung
Perc.
ke-
|
s ± 0,5 cm
|
s’ ± 0,5 cm
|
f ± 0,5 cm
|
Sifat Bayangan
|
1.
|
12,0 cm
|
35,0 cm
|
8,9 cm
|
Nyata, terbalik, diperbesar
|
35,0 cm
|
||||
35,0 cm
|
||||
2.
|
14,0 cm
|
32,0 cm
|
9,7 cm
|
Nyata,
terbalik, diperbesar
|
32,0 cm
|
||||
32,0 cm
|
||||
3.
|
15,0 cm
|
30,0 cm
|
10,0 cm
|
Nyata,
terbalik, diperbesar
|
30,0 cm
|
||||
30,0 cm
|
||||
4.
|
16,0 cm
|
25,0 cm
|
9,8 cm
|
Nyata,
terbalik, diperbesar
|
25,0 cm
|
||||
25,0 cm
|
||||
5.
|
19,0 cm
|
24,0 cm
|
10,6 cm
|
Nyata,
terbalik, diperbesar
|
24,0 cm
|
||||
24,0 cm
|
4.2
Analisis
Berdasarkan dari
percobaan yang telah dilakukan, kami dapatkan data seperti di atas. Yaitu data
dari tiga macam percobaan serta data pada percobaan ketiga diulang sebanyak
tiga kali. Pada percobaan pertama, kami membuktikan bahwa sudut datang sama
dengan sudut pantu pada bidang datar. Ini merupakan kebenaran hukum Snellius.
Hal tersebut dapat diketahui dari sudut datang yang kami manipulasi yaitu 15,0o,
30,0o, 45,0o, 60,0o, dan 75,0o menghasilkan
respon sudut yang sama dengan sudut datang, yaitu 15,0o, 30,0o,
45,0o, 60,0o, dan 75,0o secara berturut-turut.
Pada percobaan kedua,
kami membuktikan bahwa jarak benda sama dengan jarak bayangan pada bidang
datar. Artinya sesuai dengan bunyi Hukum Snellius. Hal tersebut dapat diketahui
dari jarak benda yang kami manipulasi yaitu 7,0 cm; 9,0 cm; 10,0 cm; 11,0 cm;
dan 12,0 cm (lima jarak benda yang berbeda) dan menghasilkan respon jarak yang
sama besar dengan jarak benda yang dimanipulasi. Jarak bayangan berturut-turut
adalah7,0 cm; 9,0 cm; 10,0 cm; 11,0 cm; dan 12,0 cm.
Selanjutnya pada percobaan ketiga yaitu kami menentukan
jarak titik fokus pada cermin cekung. Pada percobaan ini kami menguji lima
jarak benda (s) yang berbeda yaitu 12 cm, 14 cm, 15 cm, 16 cm, dan 19 cm yang
masing-masing pengujian diulang-ulang sebanyak tiga kali. Dari percobaan akan
langsung didapat jarak bayangan (s') berturut yaitu 35 cm, 32 cm, 30 cm, 25 cm,
dan 24 cm. Dari data yang diperoleh makan dapat kita tentukan jarak titik fokus
dengan menggunakan rumus :
Titik fokus yang di dapat yaitu 8,9
cm; 9,7 cm; 10 cm; 9,8 cm ; dan 10,6 cm berturut-turut.
PERTANYAAN :
Sebuah benda di tempatkan 15 cm di
depan cermin cekung yang jarak titik fokusnya sebesar 10 cm. Benda di posisikan
dengan sudut datang 30o dari bidang cermin. Berapakan sudut pantul dan
jarak bayangan dari sistem tersebut?
JAWABAN :
Diketahui :
s = 15 cm
f = 10 cm
i = 30o
Ditanya : s' ?
Jawab :
1/10
= 1/15 + 1/s’
1/10
– 1/15 = 1/s’
(3-2)/30
= 1/s’
1/s’
= 1/30
S’ = 30 cm
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan dari percobaan
yang dilakukan dan data-data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa suatu
cahaya dapat dipantulkan sesuai dengan sifat-sifat benda yang dilaluinya.
Pemantulan cahaya pada cermin datar berbeda dengan pemantulan cahaya pada
cerming cekung. Dari percobaan yang dilakukan, data pertama dan kedua sesuai
dengan bunyi Hukum Snellius. Hasil percobaan menentukan titik fokus yaitu 8,9
cm; 9,7 cm; 10 cm; 9,8 cm ; dan 10,6 cm.
5.2
Saran
Dalam melakukan
percobaan pemantulan cahaya sebaiknya dilakukan dengan ketelitian dan
kecermatan yang sangat tinggi saat menentukan sudut datang, jarak benda, dan
lain sebagainya. Untuk melihat bayangan yang terbentuk pun alangkah baiknya
menggunakan titimdekat mata nornal. Jadi ketika melihat bayangan yang terbentuk
itu meiliki tingkat keakuratan atau kepastian yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Makoago.
2014. Cahaya. Jurnal Pendidikan Fisika, (online),
(http://eprints.ung.ac.id , diakses pada 20 Oktober 2016)
Oktiva.
2015. Cahaya dan Alat Optik. USU
International Repository, (online), (http://repository.usu.ac.id// , diakses
pada 20 Oktober 2016)
Rahdi.
2012. Pemantulan Cahaya pada Bidang
Lengkung, (online),
(http://rahdi-blogger.blogspot.co.id/2012/06/pemantulan.html?m=1 , diakses pada
21 Oktober 2016)
LAMPIRAN
A.
Menentukan jarak titik fokus pada
cermin cekung
1.
Diketahui : s = 12 cm
s’ = 35 cm
Ditanya : f = …?
Jawab : = = +
=
= +
= =
f = 8,9 cm
2.
Diketahui : s = 14 cm
s’ = 32 cm
Ditanya : f = …?
Jawab : = = +
=
= +
= =
f =
9,7 cm
3.
Diketahui : s = 15 cm
s’ = 30 cm
Ditanya : f = …?
Jawab
: = = +
=
= +
= =
f =
10 cm
4.
Diketahui : s = 16 cm
s’ = 25 cm
Ditanya : f = …?
Jawab : = = +
=
= +
= = = = +
= =
f =
10,6 cm
B.
Menghitung nilai taraf ketelitian
No.
|
f
|
δ
|
δ 2
|
1.
|
8,9
|
0,2
|
0,04
|
2.
|
9,7
|
-0,9
|
0,81
|
3.
|
10,0
|
-0,1
|
0,01
|
4.
|
9,8
|
0
|
0
|
5.
|
10,6
|
0,8
|
0,64
|
|
∑f = 49
|
∑δ = 0
|
∑ δ 2 = 1,5
|
Rata-rata
f
= =
SD
………………..
Taraf
Ketidakpastian
x 100 % = x 100 %
=
2,75 %
Taraf
Ketelitian
100
% - taraf ketidakpastian
=
100% - 2,75 %
=
97,25 %
Komentar
Posting Komentar