TERMOKIMIA
A. Entalpi
1.
Pengertian Entalpi
Sebenarnya penjelasan mengenai
pengertian entalpi akan sangat mudah dipahami jika menggunakan penerapan.
Entalpi merupakan suatu kuantitas termodinamika. Entalpi adalah jumlah kalor
yang dimiliki sebuah zat yang secara matematis, entalpi suatu sistem dinyatakan
sebagai
H = U + pV
dimana,
H adalah entalpi sistem.
U adalah energi dalam suatu sistem.
p adalah tekanan sistem / di sekeliling sistem.
V adalah volume sistem.
Perubahan entalpi seringkali sama
dengan energi panas yang diserap atau dikeluarkan oleh sistem selama reaksi.
Pada dasarnya entalpi dapat dihitung secara matematis ketika energi dari sistem
telah diketahui.
2.
Satuan Entalpi
Entalpi dinyatakan dalam bentuk
energi per massa. Energi mempunyai satuan Joule (J) dan massa mempunyai satuan
kilogram (kg). Dengan demikian, satuan entalpi adalah J/kg. Satuan
entalpi yang lain adalah erg/gram; BTU/lbm; kal/gram; dsb.
Konversi satuan entalpi adalah
sebagai berikut:
1 kal/gram = 4184 J/kg.
1 BTU/lbm = 2326 J/kg.
1 kal/gram = 4184 J/kg.
1 BTU/lbm = 2326 J/kg.
3.
Jenis-jenis Entalpi
Ada banyak sekali macam entalpi,
namun yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
- Entalpi pembakaran
- Entalpi pembentukan
- Entalpi peruraian
- Entalpi pelarutan
- Entalpi penggabungan
- Entalpi penguapan
- Entalpi netralisasi
- Entalpi sublimasi
- Entalpi transisi
- Entalpi hidrasi
4.
Nilai Entalpi
a.
Entalpi Positif
Entalpi positif terjadi pada reaksi
yang bersifat endotermik. Reaksi ini mengambil energi dari lingkungan. Energi
yang diserap digunakan untuk membuat ikatan. Energi yang dibutuhkan untuk
membentuk ikatan lebih besar daripada untuk memutus ikatan.
b.
Entalpi Negatif
Entalpi yang bernilai negatif
mengindikasikan bahwa reaksi berlangsung secara eksotermik. Energi yang ada
berasal dari reaksi yang berlangsung. Reaksi jenis ini membutuhkan lebih banyak
energi untuk memutus ikatan daripada membentuk ikatan. Temperatur akan lebih
tinggi sebagai hasil dari reaksi eksotermik.
c.
Entalpi Kisi
Ketika ion-ion dalam keadaan gas bereaksi
satu dengan yang lainnya membentuk senyawa kemudian melepaskan entalpi atau
mengubah nilai entalpi, itulah yang disebut entalpi kisi. Sebagai contoh adalah
pembentukan NaCl yang biasanya melepaskan kalor ke lingkungan:
Na+
(g) + Cl - (g) ⇌
NaCl (s)
5.
Tabel Entalpi
Di bawah ini adalah tabel yang
berisi data entalpi beberapa hidrokarbon.
Nama
|
Rumus Kimia
|
Entalpi (kkal/mol)
|
Hidrogen
|
H2
|
0.0
|
Metana
|
CH4
|
-17.9
|
Etana
|
C2H6
|
-20.0
|
Asetilena
|
C2H2
|
+54.2
|
n-propana
|
C3H8
|
-25.0
|
n-butana
|
C4H10
|
-30.0
|
n-pentana
|
C5H12
|
-35.1
|
n-heksana
|
C6H14
|
-40.0
|
n-heptana
|
C7H16
|
-44.9
|
n-oktana
|
C8H18
|
-49.8
|
n-nonana
|
C9H20
|
-54.8
|
n-dekana
|
C10H22
|
-59.6
|
2-metilpropana (Isobutana)
|
C4H10
|
-32.1
|
2,2-dimetilpropana
|
C6H14
|
-40.1
|
2-metilbutana (Isopentana)
|
C5H12
|
-36.9
|
2,2-dimetilbutana
|
C6H14
|
-44.5
|
2-metilpentana (Isoheksana)
|
C6H14
|
-41.8
|
1.
Pengertian Entalpi Pembentukan Standar
Entalpi pembentukan standar Hf
suatu senyawa adalah perubahan entalpi yang menyertai pembentukan satu mol
molekul dari unsur-unsurnya dengan semua zat pada keadaan standar. Entalpi
pembentukan standar mempunyai simbol ∆Hfo. Superskrip nol
pada fungsi termodinamik mengindikasikan adanya proses yang berlangsung pada
keadaan standar.
2.
Penjelasan Entalpi Pembentukan Standar
Pada reaksi pada tekanan konstan, entalpi dapat diketahui
dengan menggunakan kalorimeter. Nilai H pada proses tidak dapat diketahui
dengan pengukuran langsung pada sebuah kalorimeter karena proses terlalu lambat
pada tekanan normal. Jadi H dalam proses ini dapat dihitung dari jumlah
pembakaran. Simbol derajat pada fungsi termodinamik (Ho)
mengindikasikan bahwa proses yang sama telah dilakukan pada keadaan standar. Sebagai
fungsi termodinamik, seringkali tergantung pada konsentrasi atau tekanan zat
yang bersangkutan.
Nilai entalpi standar diukur pada
temperatur 298,15 K dan tekanan 100 kPa. Meskipun demikian, reaksi tidak
berlangsung secara normal pada kondisi standar ini dan maka dari itu penting
untuk mengetahui hubungan untuk melihat pengaruh temperatur dan tekanan pada
kalor reaksi.
3.
Entalpi Pembentukan Standar
Di bawah ini adalah contoh bebarapa
entalpi pembentukan standar zat kimia.
Senyawa
|
∆Hfo
(kJ mol-1)
|
H2O(l)
|
-285,8
|
H2O(g)
|
-241,8
|
H2(g)
|
0
|
O2(g)
|
0
|
I2(s)
|
0
|
I2(g)
|
62,4
|
Al(s)
|
0
|
Al2O3(s)
|
-1675,7
|
Ca(s)
|
0
|
CaO(s)
|
-635,1
|
CaCO3(s)
|
-1206,9
|
C (grafit)
|
0
|
C (intan)
|
1,9
|
CO2(g)
|
-393,5
|
N2(g)
|
0
|
NO2(g)
|
33,2
|
N2O4(g)
|
9,2
|
4.
Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff menjelaskan bahwa
variasi entalpi sebuah reaksi dengan perubahan temperatur. Pada tekanan
konstan, perubahan entalpi reaksi setara dengan kapasitas kalor dan perubahan
temperatur.
ΔHTf
–ΔHTi = (Cpf-Cpi) (Tf-Ti)
Dimana ΔHTf dan ΔHTi
adalah perubahan entalpi pada temperatur Tf and Ti
berturut-turut, Cpf dan Cpi adalah kapasitas kalor produk
dan reaktan.
Persamaan diatas hanya berlaku untuk perubahan temperatur yang kecil (<100 K) sehingga kapasitas kalor tidak konstan dengan perubahan suhu yang lebih besar.
Persamaan diatas hanya berlaku untuk perubahan temperatur yang kecil (<100 K) sehingga kapasitas kalor tidak konstan dengan perubahan suhu yang lebih besar.
C. Orde Reaksi
1.
Pengertian Orde Reaksi
Orde reaksi terhadap suatu komponen
merupakan pangkat dari konsentrasi komponen itu, dalam hukum laju. Contohnya,
reaksi dengan hukum laju persamaan v = k[A][B]
merupakan orde pertama dalam A dan orde pertama dalam B.
Orde keseluruhan reaksi merupakan
penjumlahan orde semua komponennya. Jadi, secara keseluruhan hukum laju dalam
persamaan tersebut adalah orde kedua.
2.
Penerapan Orde Reaksi
Reaksi tidak harus mempunyai orde
bilangan bulat. Demikian halnya dengan reaksi fase-fase. Contohnya, jika reaksi
mempunyai hukum laju:
v = k[A]1/2[B]
maka reaksi ini mempunyai orde
setengah dalam A, orde pertama dalam B, dan secara keseluruhan mempunyai orde
satu setengah. Jika hukum laju tidak berbentuk [A]x[B]y[C]z
. . ., maka reaksi itu tidak mempunyai orde. Hukum laju yang ditentukan secara
eksperimen untuk reaksi fase gas:
adalah v = {k[H2][Br2]3/2}
/ { [Br2] + k'[HBr]}
Walaupun reaksi ini mempunyai orde pertama dalam H2, tetapi ordenya terhadap Br2, HBr dan keseluruhan, tidak tertentu (kecuali pada kondisi yang disederhanakan, seperti jika [Br2] >> k' [HBr]).
Walaupun reaksi ini mempunyai orde pertama dalam H2, tetapi ordenya terhadap Br2, HBr dan keseluruhan, tidak tertentu (kecuali pada kondisi yang disederhanakan, seperti jika [Br2] >> k' [HBr]).
Hukum laju berasal dari eksperimen,
dan umumnya tidak dapat diduga dari persamaan reaksi. Contohnya, reaksi
hidrogen dengan brom mempunyai stoikiometri sangat sederhana, tetapi hukum
lajunya sangat rumit. Demikian pula dengan dekomposisi termal dari nitrogen(V)
oksida:
dan reaksinya merupakan orde
pertama. Walaupun demikian, dalam beberapa kasus, hukum lajunya menggambarkan
stoikiometri reaksi. Inilah halnya dengan oksidasi nitrogen(II) oksida, yang
pada kondisi tertentu mempunyai hukum laju orde ketiga:
Beberapa reaksi mentaati laju reaksi
ke nol, dan karenanya mempunyai laju yang tidak bergantung pada konsentrasi
reaktan (selama masih ada sejumlah reaktan). Jadi, dekomposisi katalitik dari
fosfin pada wolfram panas tekanan tinggi mempunyai hukum laju: PH3
terdekomposisi pada laju tetap sampai habis seluruhnya. Pada saat itulah reaksi
berhenti dngan tiba-tiba. Hanya reaksi heterogen yang dapat mempunyai hukum
laju dengan orde ke nol secara keseluruhan
v = k
Pernyataan itu menunjukkan adanya
tiga masalah. Pertama harus mencari cara menentukan hukum laju dan mendapatkan
konstanta laju dari data eksperimen. Kedua harus mencari cara untuk menyusun
mekanisme reaksi yang konsisten dengan hukum laju. Ketiga harus menjelaskan
tentang nilai konstanta laju dan tentang ketergantungan konstanta laju itu pada
temperatur.
Komentar
Posting Komentar