LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
FAKKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
I. Nama :
1.
Hastuti Tri Ratna Ningrum (16030204010)
2.
Regi Hayu Nirwana (16030204015)
3.
Noviyanti Permatasari (16030204016)
II.
Program/Proram Studi : S1
Pendidikan Biologi
III. Jurusan :
BiologI
IV. Judul Praktikum :
PEMISAHAN
V.
Hari/Tanggal Percobaan : Jum’at/23 September 2016
VI. Tujuan
Percobaan
1. Memisahkan zat padat dari zat cair
2. Memisahkan zat padat dari zat padat
3. Memisahkan zat cair dari zat cair
VII.
Tinjauan Pustaka
Pemisahan
merupakan suatu proses untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih
sederhana. Dengan kata lain proses pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat
murni dari suatu campuran. Untuk memisahkan zat zat murni tersebut dari campurannya
dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung pada wujud zat yang akan
dipisahkan dari campuran tersebut.
Beberapa
wujud zat yang pada umumnya adalah zat padat, zat cair, dan gas. Berikut
beberapa sifat materi berdasarkan wujudnya:
Aspek
|
Padat
|
Cair
|
Gas
|
Jarak Antar
|
Dekat
Sekali
|
Dekat
|
Jauh
|
Partikel
|
Kuat Sekali
|
Lemah
|
Lemah
|
Daya Tarik Partikel
|
Kuat
Sekali
|
Lemah
|
Lemah
Sekali
|
Gerak
|
Bersama
|
Berkelompok
|
Individu
|
Volume
|
Tetap
|
Tetap
|
Berubah
|
Bentuk
|
Tetap
|
Berubah (Seperti
Ruang)
|
Berubah
(Seperti Ruang)
|
Sifat Mengalir
|
Tidk
Mengalir
|
Mengalir
|
Mengalir
|
Itulah beberapa sifat materi berdasarkan
wujud. Ada dalam buku lain yang menyebutkan bahwa wujud zat tidak hanya berupa wujud
zat padat, zat cair, zat gas. Melainkan ada juga plasma, tapi pada percobaan
ini, kami hanya memisahkan tiga zat, yaitu zat padat, zat cair, zat gas.
Berdasarkan pengalaman sehari-hari dapat
kita ketahui ketika kita memompa ban sepeda, pada saat ban digembosi kita
mencium bau yang berasal dari dalam ban meskipun kita tidak secara langsung
mencium gas yang keluar.Peristiwa ini disebut difusi. Ketika ban dipompa, gas
memenuhi ruangan, mengikuti bentuk seperti ban. Saat ban dipompa, tekanan gs
naik dan diikuti dengan pengecilan volume. Begtupun dengan zat padat dan zat
cair, bayak kita jumpai dikehidupan sehari-hari.
Sifat
gas, cairan, dan padatan yang paling jelas dapat dilihat dari perilakunya
dipindahkan dari satu wadah ke wadah yang lain. Wujud gas akan mengembang untuk
memenuhi seluruh wadahyang ditempati, sehingga volume dan bentuk gas
berubah-ubah. Hal ini karena adanya gaya tarik-menarik antar molekul begitu
lemah, sehingga molekul-molekul bergerak
dengan cepat dan mengembang mengisi seluruh wadah.
Sifat
cairan, volumenya konstan tapi bentuknya mengikuti wadahnya. Hal ini disebabkan
gaya tarik antar molekul yang bekerja pada cairan jauh lebih besar daripada
bentuk gas, dan ini menyebabkan molekul saling berdekatan.
Sifat
zat padat, volume dan bentuknya konstan, hal ini disebabkan gaya tarik antar
molekul sangat besar, akibatnya molekul-molekul sangat dekat dan tidak dapat
bergerak seperti layaknya gas dan cairan. Gas dan cairan adalah fluida yang
mampu mengalir dan dapat dipompa dari satu tempat ke tempat lain. Sebaliknya
padatan bukanlah fluida, sehingga mampu mempertahankan bentuk dan volumenya.
Pada
praktikum pemisahan akan dijumpai penguapan-penguapan dalam cairan atau
padatan. Sebagaiman hal gas, molekul secara konstan mengalami tabrakan,
sehingga dapat dibuat sebaran kecepatan molekul, yaitu sebaran energy
kinetiknya. Bahkan pada suhu kamar ada beberapa persen molekul yang bergerak
dengan energy kinetik yang cukup tinggi, jika sebagian dari molekul yang
bergerak cepat ini dapat mengalahkan gaya tarikan dalam cairan atau padatan,
mereka dapat melepaskan diri keluar dari permukaan menjadi wujud gas. Dikatakan
bahwa zat ini menguap.
Bila
suatu padatan langsung berubah ke bentuk gas, tanpa melalui proses pelelehan
seperti naftalena (kapur barus), karbondioksida padat dinamakan Sublimasi.
Pada
umumnya zat membeku atau mengendap jika terjadi reaksi, mereka akan membentuk
kristal yang membentuk simetris. Keteraturan permukaan kristal menggambarkan
pola penusunan atom, molekul, atau ion yang sangat teratur didalamnya. Susunan
ini memungkinkan dapat teranalisisnya struktur padatan secara rinci sehingga
kita memperoleh pengetahuan yang banyak mengenai bentuk molekul dan ukuran atom
serta ion. Instrukmen yang digunakan untuk menganalisis bentuk dan ukuran
molekul, atom atau ion dalam kristal adalah sinar X atau difraksi sinar X.
Dalam interaksi dari tiga wujud zat
tersebut dapat digambarkan dengan diagram perubahan wujud zat, yaitu:
*Keterangan:
a = perubahan wujud dari zat padat ke gas, disebut Sublimasi
b = perubahan wujud dari gas ke padat disebut Kristalisasi
c = perubahan wujud dari zat padat ke zat cair disebut
Meleleh
d = perubahan wujud dari zat cair ke zat padat disebut
Membeku
e = perubahan wujud dari zat gas ke zat cair disebut Mengembun
f = perubahan wujud dari zat cair ke gas disebut Menguap
Dalam
pemisahan, sebagian besar senyawa kimia ditemukan dialam dalam keadaan yang
tidak murni. Dalam keadaan yang tercampur dengan senyawa lain. Untuk beberapa
keperluan seperti sintetis senyawa kimia yang memerlukan bahan baku senyawa
kimia dalam keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan
kemurnian tinggi. Proses pemisahan sangat penting dalam bidang kimia maupun
teknik kimia. Suatu contoh pentingnya proses pemisahan adalah proses pengolahan
minyak bumi. Minyak bumi merupakan campuran berbagai hidrokarbon. Pemanfaatan
hidrokarbon-hidrokarbon penyusun minyak bumi akan lebih berharga bila memiliki
nilai kemurnian yang sangat tinggi. Proses pemisahan minyak bumi menjadi
komponen-komponennya akan menghasilkan produk LPG, solar, avtur, pelumas, dan
aspal.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat
diartikan atau didefinisikan sebagai proses perubahan massa suatu zat yang
sebelumnya membentuk senyawa. Proses pemisahan sendiri dapat dikelompokkan atau
diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi.
Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan tergantung dari kondisi yang
dihadapi. Pemisahan secara mekanis dapat dilakukan kapanpun masih memungkinkan
daripada melakukan pemisahan secara kimiawi, karena proses pemisahan mekanis
membutuhkan biaya yang lebih rendah atau sedikit daripada proses pemisahan
secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak bisa dipisahakan melalui proses
mekanis (seperti pemisahan minyak bumi), proses kimiawi harus dilakukan.
Proses pemisahan suatu campuran dapat
dilakukan dengan berbagai cara atau metode, yaitu:
1. Filtrasi atau Penyaringan
Filtrasi
atau penyaringan merupakan metode pemisahan zat padat dari zat cairnya. Proses
pemisahan dengan metode filtrasi atau penyaringan menggunakan alat yang
memiliki pori (penyaring). Konsep dasar yang mendasari cara atau metode ini
yaitu karena adanya perbedaan ukuran partikel yang disaring dan besar pori-pori
yang digunakan untuk menyaring. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai
ukuran partikel lebih besar dari pori-pori penyaring. Dan partikel yang lebih
kecil akan lolos dari saringan.
Proses
filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau
berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrate, sedangkan
sisa yang tertinggal dipenyaringan disebut residu (ampas). Filtrasi
dimanfaatkan untuk membersikan air dari sampah pada pengolahan air. Menjernihkan
preparat kimia di laboratorium, menghilangkan pengotor, dll.Penyaringan di
labortorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring yang terbuat dari
bahan kaca (penyaring Buchner) yang dilengkapi dengan alat penghisap.
2. Sublimasi
Sublimasi
merupakan metode pemisahan campuran dengan zat padat tanpa melalui wujud cair
terlebih dahulu. Sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal.
Bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim,
seperti kapur barus.
3. Kristalisasi
Kristalisasi
merupakan metode pemisahan zat padat yang yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar
metode ini adalah kelarutan bahan pada suatu pelarut dan perbedaan titik beku.
Kristalisasi ada dua cara, yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi
pendinginan. Contoh metode kristalisasi yang digunakan adalah pada pembuatan
gula putih dari tebu.
4. Distilasi
Distilasi
adalah metode atau cara pemisahan untuk mendapat suatu bahan berwujud cair yang
terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang
berbeda. Inilah yang digunakan sebagai dasar pemisahan. Prosesnya yaitu bahan
campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang
diinginkan.pelarut bahan yang diinginkan ini kemudian akan menguap. Uap
dilewatkan pada kondensor dan uap mencair yang ditampung dalam wadah. Hasil
dari proses destilasi ini disebut distilat, sedang sisanya disebut dengan
residu (ampas). Contoh destilasi adalah pada proses penyulingan minyak bumi,
pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.
5. Penguapan
Penguapan
merupakan metode atau cara pemisahan zat padat atau zat cair dari zat cair.
Caranya yaitu dengan pemanasan campuran yang diuapkan. Lama kelamaan air akan
menguap dan zat padat akan tertinggal. Karena air memiliki titik didih yang
rendah daripada zat padat tersebut.
6. Dekantasi
Dekantasi
adalah suatu cara pemisahan antara larutan dan padatan yang paling sederhana,
yaitu dengan menuangkan cairan secara perlahan-lahan sehingga endapan akan
tertinggal dibagian dasar gelas kimia. Contoh dekantasi adalah antara air dan
pasir.Air dapat dipisahkan dari pasir yang mengendap.Dekantasi juga bisa
digunakan untuk memisahkan dua cairan yang tidak tercampur seperti air dan
minyak.
Dapat
diketahui, bahwa untuk memisahkan suatu zat bisa dilakukan degan memperhatikan
wujud zatnya, yaitu:
1. a. Memisahkan zat padat yang larut dalam zat cair yang
larut zat cair
dapat dilakukan dengan cara: Penguapan, Kristalisasi,
dan
Distilasi.
b.Memisahkan zat padat
yang tidak larut dalam zat cair dapat
dilakuakan dengan cara dekantasi dan
penyaringan.
2. Memisahkan zat padat dari zat padat dapat dilakukan
dengan:
a. Melarutkan dan menyaring
b. Kristalisasi bertingkat
c. Sublimasi
3. Memisahkan zat cair dari zat cair dapat menggunakan :
a. Metode Distilasi
Pada
praktikum aka nada pelarutan NaCl dalam air. Jika kita melarutkan natrium
klorida didala air dan diaduk sampai rata, natrium klorida akan larut. Ketika
diuapkan, maka air akan menguap dan natrium klorida akan tetap tertinggal.
Ketika disaring, maka ukuran partikel dari campuran yang lebih kecil dari besar
pori akan lolos dari saringan (menjadi filtrat).
VIII. Cara
Kerja
1. Alat-alat :
a. Gelas kimia i. Pengaduk
b. Korek api j. Sendok makan
c. Pipet tetes k. Kaki tiga
d. Gelas ukur 100 ml l. Cawan penguap
e. Corong m.
Kaca arloji
f.
Pembakar spirtus
g. Kertas saring
h. Pembakar dan kasa
2. Bahan-bahan:
a. CuSO4 . 5H2O
b. Kapur tulis
c. NaCl (garam dapur)
d. Pasir
e. Kapur barus
- Alur Kerja
·
Percobaan
ke-1:
-Dimasukkan dalam gelas kimia
-Aduk sampai rata
- Biarkan pasir mengandap dan tuang
- Larutan bagian atas.
·
Percobaan
ke-2:
- Dimasukkan dalam gelas kimia
- Aduk sampai rata
-
Saring dengan kertas saring dan corong
·
Percobaan
ke-3:
-
Dimasukkan dalam gelas kimia
- Aduk sampai rata
-Saring
- Uapkan diatas cawan penguap
·
Percobaan
ke-4:
-
Campurkan
- Uapkan sampai volume hampir habis
- Dinginkan
- Perhatikan bentuk kristal
·
Percoban ke-5:
- Campurkan
- Masukkan kedalam gelas kimia
- Aduk sampai rata
- Panaskan, saring
- Campur dengan air cucian zat padat
dalam corong (cuci 2-3 kali dengan ±5 mL
aquades)
- Uapkan dalam cawan
- Sisihkan dari pembakaran dan
biarkan menguap sendiri
-Amati
·
Percobaan
ke-6:
- Masukkan kedalam cawan penguapan
- Tutup kaca dengan cawan arloji
(beri air atasnya)
- Panaskan perlahan sampai terbentuk
zat padat
- Dinginkan dan kumpulkan
kristal
IX. Analisis Data dan Reaksi
- Reaksi yang Terlibat
1.
Pemisahan dengan Metode Dekantasi
Pada percobaan pertama dalam praktikum, alat dan
bahan yang diperlukan adalah 1 sendok pasir, aquades, pengaduk, dan dua gelas
kimia. 1 sendok pasir dimasukkan ke dalam gelas kimia yang bêrisi aquades. Sebelum
bereaksi, aquades tidak berwarna (jernih) dan pasir berwarna abu-abu. Setelah
dicampur maka campuran diaduk terus menerus. Campuran 1 sendok pasir dan
aquades ini berubah warna menjadi coklat keruh.
Selanjutnya, campuran dibiarkan beberapa saat agar pasir benar-benar
mengendap. Ketika pasir sudah mengendap, larutan bagian atas dituangkan ke
dalam gelas kimia yang lain. Pemisahan ini menghasilkan zat cair berwarna
coklat keruh dan endapan pasir pada masing-masing gelas kimia yang berbeda. Pasir
dan air tidak bereaksi ketika dicampurkan, bisa dituliskan sebagai berikut :
SiO2(s) + H2O(l) →
2.
Pemisahan dengan Metode Filtrasi
Seperti percobaan sebelumnya, terlebih dahulu
disiapkan alat dan bahannya. Yaitu bubuk
kapur tulis, aquades, kertas saring, corong, pengaduk, dan dua gelas kimia.
Sebelum reaksikan bubuk kapur tulis berwarna putih dan aquades tidak berwarna
(jernih). Bubuk kapur tulis dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi
aquades. Aduk sampai rata dan saring campuran bubuk kapur tulis dalam aquades
menggunakan kertas saring dan corong. Setelah diaduk, campuran bubuk kapur
tulis menjadi berwarna putih keruh dan pada permukaan aquades terdapat sedikit
endapan bubuk kapur tulis yang menempel pada gelas kimia. Hasil penyaringan
(filtrat) dimasukkan ke dalam gelas kimia yang lain. Pada masing-masing gelas
kimia terdapat filtrat (hasil penyaringan) dan pada gelas kimia yang satunya
terdapat sisa endapan bubuk kapur tulis. Ada juga bubuk kapur tulis yang tertinggal
di kertas saring. Endapan atau sisa penyaringan ini disebut residu. Reaksi dari
percobaan kedua bisa dituliskan sebagai berikut :
Ca(OH)2(s) + H2O(l) →
3.
Pemisahan dengan Metode Penyaringan dan Kristalisasi
Pada percobaan ketiga merupakan proses pemisahan
campuran garam dapur dari aquades. Alat dan bahan yang diperlukan adalah garam
dapur, air, kertas saring, corong, pengaduk, kasa, kaki tiga, pembakar dari
spirtus, cawan penguapan, korek api, dan dua gelas kimia. Sebelum direaksikan, garam
dapur berwarna putih bersih dan air jernih tidak berwarna. Langkah pertama
dengan memasukkan garam dapur ke dalam gelas kimia yang berisi aquades. Aduk
garam dan aquades sampai rata. Ketika terus-menerus di aduk garam dapur larut
dalam air dan larutan garam berwarna putih keruh. Setelah diaduk kemudian
larutan garam dapur di saring dengan menggunakan kertas saring dan corong
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang lain. Hasil penyaringan (filtrat) larutan
garam dapur kemudian diuapkan di atas cawan penguapan dengan meletakkan cawan
penguapan diatas kasa dan kaki tiga yang dibawahnya terdapat pembakar dari spirtus.
Larutan garam dapur diuapkan sampai volume airnya habis dan di dalam cawan
penguapan tertinggal serbuk garam dapur yang memiliki ukuran partikel lebih
kecil dibandingkan dari garam dapur sebelum dilarutkan dalam air. Reaksi dalam
percobaan ketiga ini bisa dituliskan sebagai berikut :
2NaCl(s) + 2H2O(l)
→ 2NaOH(aq) + Cl2(g) + H2(g)
4.
Pemisahan dengan Metode Kristalisasi (Dekomposisi)
Pada percobaan keempat, alat dan bahan yang
diperlukan adalah 1 gram garam CuSO4.5H2O, 10 mL air, pengaduk,
kasa, kaki tiga, pembakar dari spirtus, cawan penguapan, korek api, dan dua
gelas kimia. Sebelum direaksikan, garam CuSO4.5H2O berwarna
biru. Aquades tidak berwarna (jernih). 1 gram garam CuSO4.5H2O
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi 10 mL air. Setelah dimasukkan kemudian
di aduk sehingga terbentuk larutan garam. Larutan garam yang awalnya berwarna
biru mengalami sedikit perubahan warna yaitu berubah menjadi warna biru bening.
Larutan garam tersebut kemudian diuapkan diatas cawan penguapan sampai
volumenya hampir habis dan diamati bagaimana pembentukan kristal yang terjadi.
Kristal yang terbentuk dari garam CuSO4.5H2O menumpuk di
dalam cawan penguapan. Kristal yang terbentuk didalam cawan berwarna putih
sedikit kehijauan. Metode pada percobaan keempat hampir sama dengan percobaan
ketiga hanya saja percobaan ketiga tanpa adanya proses filtrasi. Persamaan reaksi
dalam percobaan ini bisa dituliskan sebagai berikut :
CuSO4.5H2O(aq) → CuSO4(s) + 5H2O(g)
5.
Pemisahan dengan Metode Filtrasi dan Kristalisasi
Percobaan kelima
merupakan proses pemisahan zat dari campuran pasir, garam, dan air. Alat
yang digunakan adalah pengaduk, kasa, kaki tiga, pembakar dari spirtus, cawan
penguapan, korek api, dan dua gelas kimia.
Sedangkan bahan yang diperlukan adalah 1 sendok pasir, 1 sendok garam
dapur, dan air. Sebelum direaksikan,
pasir berwarna abu-abu, garam dapur berwarna putih, dan air jernih tidak
berwarna. Bahan-bahan tersebut dicampurkan jadi satu dalam gelas kimia.
Pencampuran materi-materi tersebut menghasilkan campuran yang berwarna coklat
keruh. Campuran tersebut kemudian diaduk lalu di panaskan di atas cawan lalu
disaring menggunakan kertas saring dan
hasil saringan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang lainnya dengan menggunakan
corong. Zat padat yang tersisa di kertas saring kemudian dicuci dengan ± 5 mL
air dan air hasil cucian dicampur dengan air hasil saringan. Air yang sudah
dicampur kemudian diuapkan dan air ini menghasilkan kristal garam berwarna
putih sedikit kekuningan dan memiliki ukuran yang lebih kecil dari kristal yang
dihasilkan pada percobaan ketiga. Reaksi dalam percobaan ini bisa dituliskan
sebagai berikut :
SiO2(s) + NaCl(s) + H2O(l)
→
6.
Pemisahan dengan Metode Sublimasi
Percobaan keenam merupakan proses pemisahan zat dari
campuran 1 gram kapur barus (naftalena) yang dikotori dengan pasir. Alat yang
digunakan adalah pengaduk, kasa, kaki tiga, kaca arloji, pembakar dari spirtus,
cawan penguapan, dan korek api.
Sedangkan bahan yang diperlukan adalah 1 gram kapur barus, sedikit
pasir, dan air. Sebelum direaksikan, kapur barus berwarna putih dan dalam
bentuk serbuk, pasir berwarna abu-abu, dan air jernih tidak berwarna. 1 gram
kapur barus dipanaskan dalam cawan penguapan dan cawan ditutup dengan kaca
arloji yang diatasnya diberi air. Ketika kapur barus dipanaskan, terlihat
adanya titik-titik embun yang terlihat dari luar kaca arloji. Setelah pembakar
dari spirtus dimatikan, air panas diatas kaca arloji dibuang dan kaca arloji
dibalik. Disana terlihat banyak kristal yang terbentuk dan menempel pada bagian
bawah kaca arloji. Kristal yang dibentuk berupa kristal yang terlihat seperti tajam padahal ketika
dipegang, tekstur nya sangat lembut. Dan pada cawan penguapan terlihat endapan
pasir dan kapur barus yang tidak dapat menyublim. Warna pasir menjadi hitan dan
kapur barus masih tetap berwarna putih. Dapat dilihat bahwa terjadi perubahan
wujud dari zat padat menjadi gas (sublimasi). Dan ketika uap/gas kapur barus
menabrak kaca arloji yang dingin maka gas menempel pada kaca arloji sehinggga
membentuk kristal dan hal ini disebut kristalisasi. Reaksi dalam percobaan ini
bisa dituliskan sebagai berikut :
SiO2(s) + C10H16O(s) →
X.
Pembahasan
Pada percobaan
pertama, kami melakukan pemisahan zat padat dari zat cair. Yaitu memisahkan
pasir dari air yang ada pada campuran air dan pasir. Proses pemisahaan ini
sangat sederhana hanya dengan mengendapkan pasir dengan menuggu beberapa saat
dan setelah mengendap, larutan bagian atas dituangkan ke dalam gelas kimia yang
lain. Hal ini karena pasir merupakan zat padat yang tidak dapat larut dalam air
sehingga dapat dengan mudah dipisahkan dari air dan dengan cara yang sangat
sederhana. Proses ini dinamakan dengan metode pemisahan dekantasi. Dari
percobaan pemisahan metode dekantasi ini menghasilkan larutan pasir dan endapan
pasir (Masing-masing di dalam gelas kimia yang berbeda).
Pada percobaan
kedua, kami mencampurkan bubuk kapur tulis
dengan air ke dalam gelas kimia. Setelah dicampurkan dan diaduk campuran disaring menggunakan
kertas saring dan corong sehingga didapatkan larutan hasil penyaringan
(filtrat) dan endapan bubuk kapur tulis (residu). Diatas kertas saring juga
terdapat sisa-sisa endapan kapur tulis. Proses pemisahan dengan cara
penyaringan atau filtrasi ini didasarkan atas perbedaan ukuran partikel. Ketika
penyaringan, filtrat atau air hasil penyaringan memiliki ukuran partikel yang
lebih kecil daripada pori-pori penyaring sehingga air bisa lolos melewati
kertas saring. Sedangkan residu atau sisa penyaringan (endapan bubuk kapur
tulis) memiliki ukuran partikel yang lebih besar daripada ukuran pori-pori
kertas saring sehingga bubuk kapur tulis terhambat dan tidak bisa lolos
melewati saringan. Filtrasi atau penyaringan digunakan untuk memisahkan zat
padat yang dapat larut dari zat cair.
Pada percobaan
ketiga terdapat dua metode dalam satu kali percobaan, yaitu filtrasi atau
penharingan dan penguapan. Pada awal percobaan kami mencampurkan garam dapur
dengan air ke dalam gelas kimia dan diaduk. Untuk memisahkannya kami mengunakan
metode filtrasi karena garam dapur merupakan zat padat yang dapat larut. Dan
fitrasi digunakan untuk memisahkan zat padat (yang dapat larut) dari zat cair. Dari
proses filtrasi didapat filtrat (hasil penyaringan) dan sisa penyaringan
(residu). Konsep dasarnya sama dengan percobaan ketiga, filtrasi didasarkan
dari perbedaan ukuran partikel. Setelah didapatkan filtrat larutan garam dapur,
larutan diuapkan. Pada penguapan, yang menguap adalah air (H2O(g))
dan bukan garam dapur. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan titik didih antara
garam dapur dan air. Titik didih air adalah 100 oC sedangkan titik
didih garam dapur adalah 1465 oC (1738 K) dan senyawa yang memiliki
titik didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu daripada senyawa
yang memiliki titik didih lebih tinggi.
Pada percobaan
keempat, 1 gram garam CuSO4.5H2O dicampur dengan air dimasukkan ke dalam gelas
kimia. Pada pencampuran ini diperoleh larutan garam berwarna biru bening. Hal ini
terjadi karena pada awal sebelum direaksikan, garam CuSO4.5H2O
berwarna biru dan ketika berikatan dengan air menjadikan larutan garam yang
terbentuk berwarna biru bening. Pemisahan
yang dilakukan pada percobaan ini adalah pemisahan zat padat yang dapat larut
dalam air sehingga pemisahan dilakukan dengan menguapkan larutan sampai
volumenya hampir habis. Dengan alasan yang sama, ketika larutan garam CuSO4.5H2O
diuapkan, yang menguap adalah air (H2O(g)) dan bukan
garamnya karena adanya perbedaan titik didih antara garam CuSO4.5H2O
dan air. Titik didih air adalah 100 oC sedangkan titik didih garam
CuSO4.5H2O adalah 150 oC dan senyawa yang
memiliki titik didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu daripada
senyawa yang memiliki titik didih lebih tinggi. Dari percobaan, dapat diketahui
bahwa metode yang digunakan adalah kristalisasi penguapan , yaitu pemisahan
bahan padat (berbentuk kristal) dari suatu larutan.
Pada percobaan
kelima, kami mencampurkan 1 sendok pasir dan 1 sendok garam dapur dengan air dan dimasukkan ke dalam gelas
kimia. Dari pencampuran tersebut dihasilkan campuran yang berwarna coklat keruh.
Hal ini bisa jadi karena garam dicampur dengan endapan pasir. Dari proses yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa pada percobaan ini menggunakan metode
pemisahan filtrasi (saat memisahkan endapan pasir dan garam dari air campuran
pasir dan garam) dan kristalisasi (saat terbentuknya kristal dari pemanasan
filtrat). Pada saat penguapan terbentuk kristal yang berwarna putih sedikit
kekuningan dan memiliki ukuran yang lebih kecil dari kristal yang dihasilkan
pada percobaan ketiga. Terbentuknya kristal berwarna putih kekuningan dan
perbedaan ukuran yang lebih kecil daripada kristal yang terbentuk pada percobaan
ketiga yaitu disebabkan karena adanya campuran dari endapan pasir yang sedikit
ikut menguap bersama dengan menguapnya larutan garam dapur.
Pada percobaan
keenam, 1 gram kapur barus dikotori dengan sedikit pasir. Kapur barus kemudian
dimasukkan dalam cawan penguapan untuk diuapkan. Sebelum diuapkan, cawan
penguapan terlebih dahulu ditutup dengan kaca arloji yang atasnya diberi air.
Proses ini menunjukkan adanya penyubiman kapur barus. Ketika kapur barus
menyublim, gas yang menyublim menabrak kaca arloji dan tidak bisa keluar dari
cawan. Uap panas yang menabrak kaca
arloji cenderung menempel di bagian bawah kaca arloji karena suhu pada
permukaan luar kaca arloji lebih rendah daripada suhu di bagian dalam kaca arloji.
Sehingga banyak uap yang menempel di bagian bawah kaca arloji. Uap inilah yang
terbentuk menjadi kristal (dari perubahan wujud zat gas menjadi zat padat). Setelah
pembakar dimatikan, air diatas kaca arloji dibuang dan ketika kaca arloji
dibalik terlihat kumpulan kristal yang terbentuk. Pada cawan, terlihat adanya
kapur barus dan pasir. Kapur barus yang seharusnya menyublim saat dipanaskan
tidak bisa menyublim karena kapur barus tertutupi oleh pasir (kapur barus hanya
menyublim sebagian)
XI.
Kesimpulan
Dari percobaan
yang telah dilakukan, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa suatu pemisahan suatu campuran dari senyawa-senyawa untuk
memperoleh zat murni bisa dilakukan dengan beberapa cara. Yaitu dengan metode dekantasi
(pemisahan zat padat yang tidak larut dari zat cair), metode filtrasi (pemisahan
zat padat yang dapat larut dari zat cair), metode kristalisasi (pemisahan zat
padat dari zat cair), dan metode sublimasi (pemisahan zat padat dari zat
padat).
Dari keenam percobaan yang telah dilakukan, banyak
bahan-bahan yang tidak bereaksi. Percobaan yang tidak bereaksi yaitu :
a. Pencampuran pasir dengan air
(percobaan 1)
b. Pencampuran kapur tulis dengan
air (percobaan 2)
c. Pencampuran pasir, garam
dapur, dengan air (percobaan 5)
d. Pemcampuran pasir dengan
kapur barus (naftalena). (percobaan 6)
Sedangkan
percobaan yang menunjukkan adanya unsur-unsur yang bereaksi adalah :
a. Pencampuran garam dapur
dengan air (percobaan 3)
b. Pencampuran garam CuSO4
dengan air (percobaan 4)
XII. Daftar Pustaka
Premono, Shidiq.dkk.2009.Kimia SMA/MA Kelas XI.Jakarta:PT Pustaka Insan Madani
Sunarya, Yayan.dkk.2009.Mudah dan Aktif Belajar Kimia.Jakarta:Setia Purna Inves
Tim
Kimia Dasar.2015.Petunjuk Praktikum Kimia Umum.Surabaya:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Surabaya
Tim Penulis Kimia Umum.2013.Kimia Umum.Surabaya:Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Surabaya
.
Surabaya, ……………..…
|
|
Mengetahui
|
|
Dosen/Asisten Pembimbing
(…………………………..)
|
Praktikan
(……………………..)
|
Komentar
Posting Komentar