LAJU REAKSI
A. Laju Reaksi
Pada sebuah reaksi kimia, baik yang
terjadi di laboratorium maupun di alam dipastikan melibatkan suatu laju.
Kinetika kimia merupakan disiplin ilmu yang salah satunya mempelajari laju
reaksi dan mekanismenya. Setiap reaksi kimia mengalami suatu laju yang terbatas
di bawah pengaruh suatu keadaan. Beberapa reaksi berlangsung sangat cepat dan
juga ada yang berjalan sangat lambat. Sebagai contoh, reaksi antara larutan
perak nitrat dengan natrium klorida berlangsung sangat spontan. Reaksi ionik
yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ag+
+ NO3- + Na+ + Cl- → AgCl + Na+
+ NO3-
Berbeda dengan reaksi ionik, reaksi molekul berlangsung sangat lambat. Sebagai contoh adalah reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol membentuk etil asetat berikut ini:
CH3COOH
+ C2H5OH → CH3COOC2H5 +
H2O
Ketika reaksi berjalan, dapat dibandingkan kecepatan reaksi yang dipengaruhi oleh kondisi tertentu. Laju reaksi dihitung sebagai fungsi perubahan konsentrasi reaktan atau produk. Laju reaksi secara kuantitatif pertama kali diamati oleh L. Wilhemly pada tahun 1850 dengan mengamati reaksi hidrolisis sukrosa.
1.
Pengertian Laju Reaksi
Untuk mengetahui definisi laju
reaksi, perhatikan reaksi berikut ini:
H2
+ I2 → 2 HI
Ketika
hidrogen dan iodin direaksikan, molekul-molekul dengan energi kinetik yang
cukup akan bertumbukan disertai dengan pembentukan asam iodida. Seiring
berjalannya waktu, konsentrasi hidrogen dan iodin akan berkurang dan
konsentrasi asam iodida bertambah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pengertian laju reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk per
satuan waktu.
Laju reaksi di atas dapat dituliskan
sebagai sebuah persamaan sebagai berikut:
Laju = Δ[H2]
/ Δt
Karena konsentrasi gas hidrogen
berkurang, persamaan di atas akan bernilai negatif. Karena laju reaksi tidak
dapat dituliskan dalam bilangan negatif, maka persamaanlah yang ditulis dengan
menggunakan tanda negatif. Jadi, persamaan laju reaksi di atas dituliskan
sebagai:
- Δ[H2]
/ Δt = - Δ[I2] / Δt = 1/2 Δ[HI] / Δt
2.
Satuan Laju Reaksi
Laju reaksi mempunyai satuan konsentrasi
dibagi waktu. Maka yang paling mudah untuk satuan laju reaksi adalah M/detik.
3.
Konstanta Laju Reaksi
Pada suhu tetap, laju reaksi
tergantung pada konsentrasi reaktan. Hubungan yang pasti antara konsentrasi dan
laju reaksi ditentukan dengan mengukur laju reaksi dengan perbedaan konsentrasi
awal reaktan. Maka dapat disimpulkan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi reaktan.
Laju
reaksi ∞ [A]n
Sangat penting untuk memprediksi
apakah sebuah perlakuan akan mempengaruhi laju suatu reaksi kimia. Ada beberapa
faktor yang dapat berpengaruh terhadap laju reaksi. Secara umum, sebuah faktor yang
meningkatkan jumlah tumbukan antara partikel akan meningkatkan laju reaksi;
sebaliknya faktor yang menurunkan jumlah tumbukan antara partikel akan
menurunkan laju reaksi.
1.
Konsentrasi Reaktan
Konsentrasi reaktan yang lebih
tinggi menyababkan tingginya tumbukan efektif per satuan waktu, yang secara
otomatis akan meningkatkan laju reaksi (kecuali dalam konsep orde reaksi nol).
Secara sama, konsentrasi produk yang lebih tinggi akan menurunkan laju reaksi.
2.
Temperatur
Biasanya kenaikan temperatur
diiringi dengan naiknya laju reaksi. Temperatur sangat mempengaruhi
energi kinetik suatu sistem. Jadi semakin tinggi temperatur berimbas pada
tingginya energi kinetik rata-rata molekul dan jumlah tumbukan antar molekul
per satuan waktu menjadi lebih tinggi. Aturan umum untuk sebagian besar reaksi
kimia adalah laju reaksi meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar
10oC, walaupun tidak semuanya mengikuti aturan ini. Seteah
temperatur mencapai titik tertentu, beberapa spesies kimia mengalami perubahan.
Sebagai contoh adalah protein yang dapat terdenaturasi pada suhu tinggi.
3.
Medium
Laju reaksi kimia tergantung pada
medium dimana reaksi berlangsung. Suatu reaksi kimia mungkin bisa berbeda jika
dilakukan pada medium larutan organik, polar atau non polar, atau cair, padat,
dan gas.
4.
Katalis dan Kompetitor
Katalis menurunkan energi aktivasi
suatu reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi. Katalis bekerja dengan
meningkatkan frekuensi tumbukan antar reaktan, mengubah orientasi reaktan
sehingga memperbanyak tumbukan efektif, menurunkan ikatan intermolekuler dengan
antara molekul reaktan atau mendonorkan densitas elektron kepada reaktan.
Adanya katalis membantu reaksi untuk berlangsung lebih cepat menuju
kesetimbangan.
Selain katalis, beberapa spesies
kimia juga dapat mempengaruhi laju reaksi. Jumlah ion hidrogen (pH larutan)
dapat mengubah laju reaksi. Zat kimia lain boleh jadi berkompetisi dengan
reaktan atau mengubah orientasi, ikatan, densitas elektron, dsb, yang akhirnya
menurunkan laju reaksi.
5.
Sifat Alami Reaktan
Secara umum, reaksi anorganik
berlangsung cepat dan spontan. Sedangkan reaksi organik berlangsung lambat.
Reaksi anorganik melibatkan reaksi antara ion yang berlawanan muatan yang bisa langsung
tarik menarik membentuk produk.
C. Orde Reaksi
1.
Pengertian Orde Reaksi
Orde reaksi terhadap suatu komponen
merupakan pangkat dari konsentrasi komponen itu, dalam hukum laju. Contohnya,
reaksi dengan hukum laju persamaan v = k[A][B]
merupakan orde pertama dalam A dan orde pertama dalam B.
Orde keseluruhan reaksi merupakan penjumlahan orde semua komponennya. Jadi, secara keseluruhan hukum laju dalam persamaan tersebut adalah orde kedua.
Orde keseluruhan reaksi merupakan penjumlahan orde semua komponennya. Jadi, secara keseluruhan hukum laju dalam persamaan tersebut adalah orde kedua.
2. Penerapan
Orde Reaksi
Reaksi tidak harus mempunyai orde
bilangan bulat. Demikian halnya dengan reaksi fase-fase. Contohnya, jika reaksi
mempunyai hukum laju:
v = k[A]1/2[B]
maka reaksi ini mempunyai orde
setengah dalam A, orde pertama dalam B, dan secara keseluruhan mempunyai orde
satu setengah. Jika hukum laju tidak berbentuk [A]x[B]y[C]z
. . ., maka reaksi itu tidak mempunyai orde. Hukum laju yang ditentukan secara
eksperimen untuk reaksi fase gas:
adalah v = {k[H2][Br2]3/2}
/ { [Br2] + k'[HBr]}
Walaupun reaksi ini mempunyai orde pertama dalam H2, tetapi ordenya terhadap Br2, HBr dan keseluruhan, tidak tertentu (kecuali pada kondisi yang disederhanakan, seperti jika [Br2] >> k' [HBr]).
Hukum laju berasal dari eksperimen, dan umumnya tidak dapat diduga dari persamaan reaksi. Contohnya, reaksi hidrogen dengan brom mempunyai stoikiometri sangat sederhana, tetapi hukum lajunya sangat rumit. Demikian pula dengan dekomposisi termal dari nitrogen(V) oksida:
Walaupun reaksi ini mempunyai orde pertama dalam H2, tetapi ordenya terhadap Br2, HBr dan keseluruhan, tidak tertentu (kecuali pada kondisi yang disederhanakan, seperti jika [Br2] >> k' [HBr]).
Hukum laju berasal dari eksperimen, dan umumnya tidak dapat diduga dari persamaan reaksi. Contohnya, reaksi hidrogen dengan brom mempunyai stoikiometri sangat sederhana, tetapi hukum lajunya sangat rumit. Demikian pula dengan dekomposisi termal dari nitrogen(V) oksida:
dan reaksinya merupakan orde
pertama. Walaupun demikian, dalam beberapa kasus, hukum lajunya menggambarkan
stoikiometri reaksi. Inilah halnya dengan oksidasi nitrogen(II) oksida, yang
pada kondisi tertentu mempunyai hukum laju orde ketiga:
Beberapa reaksi mentaati laju reaksi ke nol, dan karenanya mempunyai laju yang tidak bergantung pada konsentrasi reaktan (selama masih ada sejumlah reaktan). Jadi, dekomposisi katalitik dari fosfin pada wolfram panas tekanan tinggi mempunyai hukum laju: PH3 terdekomposisi pada laju tetap sampai habis seluruhnya. Pada saat itulah reaksi berhenti dngan tiba-tiba. Hanya reaksi heterogen yang dapat mempunyai hukum laju dengan orde ke nol secara keseluruhan
v = k
Pernyataan itu menunjukkan adanya tiga masalah. Pertama harus mencari cara menentukan hukum laju dan mendapatkan konstanta laju dari data eksperimen. Kedua harus mencari cara untuk menyusun mekanisme reaksi yang konsisten dengan hukum laju. Ketiga harus menjelaskan tentang nilai konstanta laju dan tentang ketergantungan konstanta laju itu pada temperatur.
Komentar
Posting Komentar