REDOKS
1.
Pengertian Bilangan Oksidasi (Biloks)
Bilangan oksidasi adalah bilangan
positif atau negatif yang menunjuk pada muatan suatu spesies bila elektron-elektron
dianggap terdistribusi pada atom-atom menurut aturan tertentu. Aturan
distribusi ini adalah secara ionik bagi spesies heteronuklir yang
artinya terjadi perpindahan elektron kepada atom yang lebih bersifat
elektronegatif, dan secara kovalen murni bagi spesies homonuklir.
Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)
melibatkan adanya transfer elektron, dengan demikian terjadi perubahan tingkat
atau bilangan oksidasi spesies yang bersangkutan.
Oleh karena itu untuk mengetahui
jumlah elektron yang terlibat perlu identifikasi tingkat oksidasi atau bilangan
oksidasi yang terlibat dalam reaksi.
2.
Aturan Bilangan Oksidasi
Atas batasan yang telah dijabarkan
di atas, maka bilangan oksidasi dapat ditentukan oleh aturan berikut:
- Bilangan oksidasi untuk setiap atom unsur adalah nol.
- Bilangan oksidasi ion monoatomik adalah sama dengan muatan ion yang bersangkutan.
- Jumlah aljabar bilangan oksidasi suatu spesies poliatomik netral adalah nol, dan suatu spesies poliatomik asam dengan muatan ion yang bersangkutan.
- Dalam suatu senyawa, unsur yang lebih elektronegatif mempunyai bilangan oksidasi negatif, dan unsur yang lebih elektropositif mempunyai bilangan oksidasi positif.
- Untuk suatu senyawa yang dalam molekulnya tersusun lebih dari satu atom yang sama, dikenal adanya bilangan oksidasi rata-rata maupun bilangan oksidasi individual bagi masing-masing atom berdasarkan ikatannya.
Aturan nomor 5 mengindikasikan bahwa
atom unsur yang sama dalam satu molekul dapat memiliki tingkat oksidasi yang
berbeda, dan ini sebagai akibat kedudukan ikatan yang berbeda pula. Sebagai
contoh adalah senyawa Na2S2O3. Dalam senyawa
tersebut setiap atom natrium dan oksigen masing-masing mempunyai bilangan
oksidasi +1 dan +2, tetapi kedua atom belerang sesungguhnya mempunyai bilangan
oksidasi individual yang berbeda yaitu +5 untuk atom Spusat
dan -1 untuk atom Sterminal, sehingga atom S mempunyai
tingkat oksidasi rata-rata +2. Perbedaan tingkat oksidasi atom S dalam senyawa
tersebut memang ditunjukkan oleh perbedaan sifat reaksinya sebagaimana sifat
ikatannya. Atom S dan O masing-masing mempunyai 6 elektron valensi, dan dengan
adanya 2 elektron tambahan (dari dua atom Na) menghasilkan formula konfigurasi
oktet elektron model Lewis, S2O32-.
Pertimbangan sifat elektronegativitas menyarankan bahwa ke enam elektron
valensi atom Spusat lebih tertarik ke arah tiga atom oksigen,
dan sepasang elektron ikatan S-S berada di tengah-tengah antara keduanya
sehingga kedua atom belerang dalam lingkungan elektronik yang berbeda.
Akibatnya, tingkat oksidasinya pun berbeda pula. Tiap atom O menjadi
seolah-olah kelebihan 2 elektron dan dengan demikian mempunyai tingkat oksidasi
-2. Sepasang elektron ikatan S-S dimiliki bersama dengan kekuatan
elektronegativitas yang sama pula sehingga masing-masing atom S mendapat 1
elektron. Dengan demikian, diperoleh tingkat oksidasi +5 (= +6 -1) untuk atom Spusat,
dan -1 untuk atom Sterminal.
3.
Perbedaan Biloks dengan Muatan Formal
Perlu diingat bahwa perbedaannya
dengan konsep muatan formal yaitu bahwa konsep ini
mengasumsikan pada ikatan kovalen murni sehingga pasangan elektron
ikatan selalu dimiliki bersama dengan kekuatan yang sama antara dua atom yang
berbeda elektronegativitasnya. Sedangkan konsep bilangan oksidasi mengasumsikan
pada ikatan ionik antara dua atom yang berbeda
sehingga pasangan elektron ikatan selalu berpihak kepada atom yang lebih
elektronegativitasnya lebih tinggi. Dalam molekul CO menurut struktur elektronik Lewis, masing-masing atom mempunyai
muatan formal -1 untuk atom C dan +1 untuk atom O, tetapi mempunyai tingkat
oksidasi +2 untuk atom atom C dan -2 untuk atom O.
1.
Pengertian Polaritas
Polaritas atau kepolaran adalah
pemisahan muatan listrik yang mengarah ke molekul atau gugus yang memiliki
momen dipol.Polaritas molekul tergantung pada perbedaan elektronegativitas
antara atom-atom dalam suatu senyawa dan struktur senyawa yang tidak simetris.
Polaritas berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik suatu bahan kimia yaitu tegangan
permukaan, kelarutan, titik leleh dan titik didih.
Molekul polar berinteraksi melalui gaya antarmolekul dipol-dipol dan ikatan hidrogen.
Molekul
air bersifat polar. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan muatan, yaitu
muatan positif (merah) dan negatif (biru)
|
Polaritas Ikatan
C. Gaya van der Waals
1.
Pengertian Gaya van der Waals
Ada banyak sekali ikatan kimia yang mempengaruhi sifat fisika dan
kimia suatu bahan kimia. Salah satunya adalah gaya van der Waals. Definisi gaya
van der Waals adalah jumlah gaya tarik menarik atau tolak menolak antar molekul
(atau antar bagian dalam molekul yang sama) selain yang disebabkan oleh ikatan kovalen maupun interaksi elektrostatik ion
dengan molekul netral atau bermuatan lainnya. Istilah gaya van der Waals
mencakup beberapa istilah berikut:
- Gaya antara dua dipol permanen
- Gaya antara suatu dipol permanen dan dipol induksi (gaya Debye)
- Gaya antara dua dipol induksi sementara (gaya dispersi London)
Sebagai
tambahan, nama van der Waals diambil dari nama saintis Belanda yaitu Johannes
Diderik van der Waals.
2.
Penjelasan Gaya van der Waals
Gaya van der Waals termasuk gaya
tarik menarik dan tolak menolak antara atom, molekul, dan permukaan serta antar
molekul lainnya. Yang menyebabkan berbeda adalah ikatan kovalen dan ionik yang
disebabkan oleh korelasi dalam polarisasi fluktuasi partikel terdekat.
Gaya van der Waals relatif lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen. Namun demikian tetap memiliki peranan yang besar dalam kimia supramolekul, biologi struktural, polimer, nanoteknologi, kimia permukaan, dan fisika bahan padat. Gaya van der Waals juga mempunyai pengaruh terhadap senyawa organik, termasuk kelarutan pada media polar dan non polar.
Gaya intermolekuler mempunyai empat
peranan besar:
- Komponen repulsif yang dihasilkan dari prinsip pengecualian Pauli yang mencegah runtuhnya molekul.
- Gaya elektrostatik tarik menarik dan tolak menolak antara gaya permanen (dalam hal ion molekuler), dipol (dalam hal molekul tanpa titik inversi), quadrupol, dan umumnya antara moltipolar permanen. Interaksi elektrostatik sering disebut sebagai interaksi Keesom.
- Induksi (yang disebut sebagai polarisasi), yang mana merupakan interaksi antara multipolar pada satu molekul dengan multipolar induksi lainnya, Interaksi ini seringkali disebut gaya Debye.
- Dispersi (sering dinamai gaya Fritz), yang mana interaksi tarik menarik anatara molekul berpasangan, termasuk atom non-polar, yang muncul dari interaksi multipolar sementara.
Seluruh gaya intermolekuler / van
der Waals bersifat anisotropik, yang artinya tergantung ada orientasi relatif
molekul, kecuali pada dua gas mulia.
Elektron tidak selalu dibagi rata
antara dua atom yang berikatan. Satu atom mungkin lebih kuat untuk menarik
elektron ke dirinya sendiri dibanding dengan atom lain. Hal tersebut dapat
mengakibatkan adanya dipol-dipol antarmolekul. Tarikan ini disebut sebagai elektronegativitas. Pembagian elektron yang tidak
merata dalam ikatan mengakibatkan pembentukan dipol listrik, yaitu pemisahan
muatan listrik positif dan negatif. Muatan parsial dilambangkan sebagai δ+
(delta plus) dan δ- (delta minus). Simbol tersebut diperkenalkan oleh
Christopher Ingold dan istrinya Hilda Usherwood pada tahun 1926.
Atom dengan elektronegativitas
tinggi seperti fluor, oksigen, dan nitrogen mempunyai kemampuan menarik
elektron lebih besar dari atom dengan elektronegativitas yang lebih rendah.
Dalam suatu ikatan, hal ini dapat mengakibatkan pembagian elektron antar atom
yang tidak merata. Elektron akan ditarik lebih dekat ke atom dengan elektronegativitas
yang lebih tinggi.
Ikatan dapat dikategorikan menjadi
dua jenis yaitu nonpolar dan polar. Sebuah ikatan nonpolar terjadi ketika
elektronegativitas atom yang berikatan adalah sama sehingga perbedaan muatannya
adalah nol. Ikatan polar lebih tepat disebut ikatan ion dan terjadi ketika terdapat
perbedaan elektronegativitas yang cukup besar antara dua atom yang berikatan.
Polar dan nonpolar lebih merujuk pada ikatan kovalen. Penentuan polaritas ikatan kovalen
dapat menggunakan cara numerik, yaitu menghitung perbedaan elektronegativitas
atom yang saling berikatan. Pada skala Pauling, jika hasilnya adalah antara 0,4
dan 1,7 secara umum akan disebut sebagai ikatan kovalen polar.
1.
Pengertian Reaksi Pengendapan
Pengendapan (presipitasi) adalah
reaksi pembentukan padatan dalam larutan atau di dalam padatan lain selama
reaksi kimia. Pengendapan juga dapat terjadi karena adanya difusi dalam
padatan. Ketika reaksi terjadi dalam larutan cair, padatan terbentuk disebut
sebagai endapan. Bahan kimia yang menyebabkan adanya padatan disebut sebagai
pengendap. Tanpa kekuatan energi gravitasi yang cukup untuk membawa
partikel-partikel padat ke bawah bersama-sama, maka endapan akan tetap sebagai suspensi.
Setelah terjadi sedimentasi, endapan dapat disebut sebagai pelet. Cairan yang
sudah tidak mempunyai endapan supernatant. Untuk lebih jelas, perhatikan gambar
di bawah ini.
2.
Penjelasan Pengendapan
Pengendapan dapat terjadi jika
konsentrasi senyawa melebihi kelarutan. Pengendapan dapat terjadi dengan
cepat dari larutan jenuh. Pengendapan erat kaitannya dengan hasil
kali kelarutan (Ksp).
Dalam padatan, pengendapan terjadi
jika konsentrasi salah satu padatan berada di atas batas kelarutan. Pengendapan
padatan sering digunakan untuk mensintesis nanoclusters.
Tahap penting dari proses
presipitasi adalah nukleasi. Pembentukan partikel padatan meliputi pembentukan
antarmuka, yang memerlukan beberapa energi didasarkan pada energi permukaan
relatif padatan atau larutan. Jika tidak, maka akan terjadi kejenuhan.
3.
Reaksi Kimia Pengendapan
Contoh dari reaksi pengendapan
adalah ketika larutan perak nitrat (AgNO3) ditambahkan ke dalam
larutan yang mengandung kalium klorida (KCl). Maka akan terbentuk endapan putih
perak klorida (AgCl).
AgNO3
(aq) + KCl (aq) → AgCl (s) + KNO3 (aq)
Reaksi ini dapat ditulis dengan menekankan
pada disosiasi ion. Hal ini dikenal sebagai persamaan
ion.
Ag+
(aq) + NO3- (aq) + K+ (aq)
+ Cl- (aq) → AgCl (s) + K+ (aq) + NO3-
(aq)
Suatu cara untuk menjelaskan reaksi
endapan dikenal sebagai reaksi ion bersih. Dalam hal ini, setiap ion
pendukung (tidak berperan terhadap reaksi) akan dihilangkan. Persamaan di
atas disederhanakan menjadi seperti berikut:
Ag+
(aq) + Cl- (aq) → AgCl (s)
4.
Warna Endapan
Banyak senyawa yang mengandung ion
logam menghasilkan endapan dengan warna yang khas. Berikut ini adalah warna
khas untuk berbagai logam. Namun demikian, banyak dari senyawa ini dapat
menghasilkan warna yang sangat berbeda.
Senyawa
|
Warna
|
Emas
|
Oranye
|
Krom
|
Hijau
tua, hijau keruh, oranye, ungu, kuning, coklat
|
Kobalt
|
Warna
merah muda
|
Tembaga
|
Biru
|
Besi(II)
|
Hijau
|
Besi(III)
|
Coklat
kemerahan
|
Mangan
|
Merah
muda pucat
|
Nikel
|
Hijau
|
Komentar
Posting Komentar